Selasa, 17 Desember 2013

Islamisasi di daerah Cendrawasih Nusantara


             Sejarah  Nuu War (Irian Jaya)


Lima Pulau terbesar Nusantara salah satunya kita sebut dengan Irian Jaya, sejarah indah yang terdapatdi balik nama Irian Jaya tidaklah tampak dikarenakan misi-misi dari penjajahan yang menyebarkan kebodohan melalui beberapa sarana, termasuk dalam dasar pengetahuan generasi bangsanya.
Nuu Waar adalah dua kata bahasa Irarutu di kerajaan Nama Tota Kaimana, dari NUU EVA. NUU bermakna Sinar, pancaran atau cahaya Waar dari kata Eva bermakna pertama mengaku atau di terjemahan dengan makna lebih dalam artinya menyimpan rahasia. Dari bahasa Onim ( Patipi ) NUU juga adalah cahaya, Waar artinya perut besar yang keluar dari perut Ibu. Maka nama Nuu Waar artinya negeri yang mengaku menyimpan atau memikul rahasia. Nama Nuu Waar ini menjelaskan, adanya proses islamisasi yang terjadi di daerah cendrawasih Indonesia. Nuu Waar berkembang dengan siar islam sejak kehadiraan Samudera Pasai, yakni Raden Fatah pada abad 13 M, Aru Palaka sampai Sultan Tidore pada abad 15 M dengan wilayah Kesultanan dan kekuasaan melalui Perdagangan sampai ke Nuu Waar.[1]
Sebelum Belanda dan Jepang menjajah Nuu Waar, Portugis terlebih dahulu menjajah Pulau Nuu Waar, Ketika Penguasaan negeri itu banyak ummat Islam di bantai, situs situs Islam dihilangkan, Sejarah di belokan bahkan memberikan nama yang salah dan keliru tentang pulau itu, yang di ambil dari beberapa dan beberapa bahasa di Nuu Waar yaitu kata Papua.[2]
Pulau Nuu Waar merupakan pulau yang terbesar di Indonesia yakni 3 kali luas dari Pulau Jawa yang didiami 3,5 juta jiwa. Dari jumlah tersebut ummat islam mencapai 65% terdiri muhajirin  dan anshar, animisme 15% Sedangkan sisanya beragama Protestan, Khatolik[3].
Ø   Sistem kepercayaan : Pola kepercayaan agama tradisional masyarakat Papua menyatu dan menyerap ke segala aspek kehidupan, mereka memiliki suatu pandangan dunia yang integral yang erat kaitannya satu sama lain antar dunia yang material dan spiritual, yang sekuler dan sacral dan keduannya berfungsi bersama-sama.[4]
Dalam abad ke 19, orang Irian Jaya sebagian besar masih menganut agama asli, kecuali beberapa kelompok di daerah Raja Ampat dan sekitarnya, yang telah masuk Islam akibat pendatang dari Maluku. Agama Irian asli tidak berbeda dengan corak agama asli di Indonesia, namun memiliki ciri khas yakni Korwar (patung anggota keluarga yang sudah meninggal), Rumsram (patung-patung nenek moyang yang terdapat di gedung-gedung besar yang dijadikan tempat tinggal dan pusat pendidikan pemuda, sekaligus pusat sakral). Ada gerakan-gerakan Koreri, yakni gerakan yang bertolak dari mitos tentang Manseren Mangundi, seorang tokoh zaman purbakala yang sedang pergi dan diyakini akan kebali lagi khususnya pada saat-saat genting. Gerakan ini berupa tarian yang dipimpin oleh seorang konoor.[5]

Karakteristik budaya, mata pencaharian dan pola kehidupannya, penduduk asli Papua itu dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu Papua pegunungan atau pedalaman, dataran tinggi dan Papua dataran rendah dan pesisir. Jika ada orang yang meninggal maka diadakan upacara menari yang merupakan persiapan membalas dendam agar si mati tidak marah.[6]
Dalam masyarakat Fakfak jarang terjadi pertentangan yang disebabkan permasalahan perbedaan keyakinan agama. Slogan adat ‘satu tungku tiga batu’ telah lama berkembang. Maksud slogan tersebut adalah kehidupan rakyat Fakfak ditopang oleh tiga agama yaitu Islam, Kristen, dan Katholik. Tiga batu yang dimaksud adalah ketiga agama tersebut yang bersatu sehingga menopang tungku agar tidak timpang.
Dalam masyarakat juga berkembang seni sawat yaitu orkes musik dengan tetabuhan yang terdiri dari rebana, tifa, seruling, dan gong kecil. Seni sawat tersebut pada masa lampau menjadi alat dakwah para da’i. Penduduk pribumi yang memutuskan menjadi muslim juga disambut dengan perayaan music sawat tersebt sampai hari ini. Tfa jelas music asli Papua, sedangkan rebana dan seruling para da’I muslim yang membawanya masuk ke Papua. Belakangan ini cara dakwah dengan sawat tersebut juga diadopsi oleh para missionaris Kristen asal Belanda di Fakfak.[7]

PEMBAHASAN
A.            Perjumpaan Islam Di Tanah Nuu Waar
Kedatangan pengaruh Islam ke Pulau Papua, yaitu ke daerah Fakfak Papua Barat tidak terpisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang antara pusat pelayaran internasional di Malaka, Jawa dan Maluku. Sebelum membahas proses masuknya Islam di daerah ini terlebih dahulu akan dibahas proses masuknya agama Islam di Maluku, Ternate, Tidore serta pulau Banda dan Seram karena dari sini Islam memasuki kepulauan Raja Ampat di Sorong, dan Semenajung Onin di Kabupaten Fakfak.[8]
Masuknya Islam di tanah Nuu Waar, terdapat beberapa teori yang membahasnya. Secara global tahun masuknya Islam di Papua yang disebutkan adalah : tahun 1360, 1420, 1608, dan 1618 sebagai awal masuknya Islam di Papua.[9]
1.              Menjelaskan bahwa Islam telah masuk Papua dimulai abad XV atau bahkan sebelumnya. Buktinya, Islam telah hadir di Adijaya pada tahun 1420 dan hal tersebut diduga kuat memiliki hubungan erat dengan keberadaan Islam di Tunas Gain. Menurut FC Kama, seorang missionaris, berdasarkan sumber teks tertulis kerajaan Hindhu Majapahit, Islam bahkan telah berkembang sejak abad XIV dan XV sejaman dengan berkembangnya Islam di ternate dan Tidore.[10]
2.              Menyebutkan bahwa Islam masuk di Papua dimulai abad XVII dan XVIII. Hal ini berdasarkan dimulainya periode dakwah yang dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda dari Aceh pada tahun 1618 di wilayah Teluk Beraur. Pada periode tahun 1746 sampai 1832 Raja Namatota dan Raja Komisi terjadi pembagian kampong terkait dengan penyebaran agama Islam dan Nashrani.
3.              Ketika pada tahun 1214 masehi seorang Ulama Besar Syaikh Iskandar Syah dari Kerajaan Samudera Pasai tanggal 17 Juli tiba dengan expedisi perdagangan di Nuu Waar yaitu di Nama Tota di Kabupaten Kaimana dan 17 Agustus Patipi di Kabupaten Fak Fak. Di dua kampung inilah cikal bakal Islam berkembang melalui halaqah-halaqah, dan saqafah islamiah di bentuk sehingga menyebar keseluruh selatan Nuu Waar, bahkan mulai merambah timur dan utara Nuu Waar. Perjalan dakwah ini membentuk kekuasaan dengan pemerintahan dan yang berbentuk Kerajaan-Kerajaan yang di pimpin oleh Raja-Raja yang semuanya mayoritas beragama Islam.
Kehadiran para dai-dai dan dakwah dan perjuangannya itu menghasilkan 12 Kerajaan Islam di Nuu Waar separti:
Kerajaan Nama Tota di pimpin oleh Nati OMBAER
Kerajaan Patipi di pimpin oleh Nati IBA
Kerajaan Furwagi di pimpin oleh Nati BAUW
Kerajaan Fatagar di pimpin oleh Nati USWANAS
Kerajaan Ati Ati di pimpin oleh Nati BAY
Kerajaan Komisi di pimpin oleh Nati AUTURAU
Kerajaan Wertuar di pimpin oleh Nati HEREMBA
Kerajaan Waraguri di pimpin oleh Nati PAUS PAUS
Kerajaan Raja Ampat di pimpin oleh Nati FUN GIWAR
Kerajaan Salam Nowak di pimpin oleh Nati ASSO
Kerajaan Kasim

Basis-basis Kerajaan ini di kenal dengan wilayah pertuanan di daerah Selatan Nuu Waar kecuali Kerajaan Salam Nowak di Wamena sebelah utara Nuu Waar.

Perkembangan Islam di Papua

·                 Di daerah Sorong, perkembangannya di mulai sejak abad ke-15 ketika Raja-raja Ternate dan Tidore mengadakan pelayaran ke timur untuk mencari burung kuning yang berlokasi di Salawati;
·                 Perkembangan agama Islam di daerah Fakfak dikembangkan oleh pedagang-pedagang suku Bugis melalui Banda yang diteruskan ke Fakfak melalui Seram Timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di Ambon;
 Proses Islamisasi di wilayah Fakfak dilakukan melalui jalur
1.              Perdagangan, Jalur perdagangan dilakukan ketika para pedagang datang kemudian mereka menetap di pemukiman masyarakat di sekitar daerah pesisir pantai, selain berdagang mereka juga memperkenalkan agama Islam dengan mengajarkan penduduk untuk melakukan shalat.
2.              Perkawinan para pedagang umumnya menempuh cara perkawinan agar lebih gampang atau mudah memperoleh kemungkinan dan jalan masuk untuk mendapatkan hasil pala dari masyarakat Fakfak. Para pedagang datang ke wilayah ini kemudian mereka kawin dengan kaum wanita di tempat tersebut dengan demikian ia dijadikan pemimpin dalam agama Islam.
3.              Pendidikan non formal dilakukan melalui pusat-pusat pengajian yang berlokasi di mesjid-mesjid maupun di rumah- rumah para mubaliqh
4.              Politik yang dimaksud dengan penyebaran dakwah melalui saluran politik ialah bahwa atas jasa dan upaya para raja dan pertuanan dan keluarga-keluarganya maka agama Islam turut disebarkan


     Peninggalan Sejarah Islamisasi dii Nuu War

Bukti berupa tradisi lesan masih terjaga sampai hari ini berupa cerita dari mulut ke mulut tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih. Selain itu terdapat hasil makanan Islam yang dikenal yakni di Papua kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik Waigeo. Bukti-bukti tekstual berupa naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya di beberapa masjid kuno. Di Fakfak (Papua Barat) masih dapat ditemukan delapan manuskrip kuno berhuruf Arab. Lima manuskrip berbentuk kitab dengan berbagai ukuran. Yang terbesar berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, berupa mushaf Al Quran yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan doa.
Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, Pohon khas Papua yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia Timur. Selain itu terdapat peninggalan berupa Masjid Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak.[11]



[1] M Zaaff Fadzlan  Rabbani Al- Garamatan (Anggota MIUMI yang merupakan keturunan asli daerah tersebut) dalam tulisannya berjudul “MENGENAL ISLAM DI NUU WAAR( IRIAN JAYA ). sriyantahadi@petronas.com.my
[2] Ibid.
[3] Angka ini terlihat berbeda dengan fakta yang kita terima bahwa mayoritas Irian Jaya adalah  Nasrani dan agama nenek moyang. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam tulisan yang sama,  “Jumlah pembagian tersebut ummat islam mayoritas tetapi tidak ada pengakuan baik dari masyarakat maupun birokrat di daerah. Bahkan mereka menguasai daerah-daerah islam dengan birokrasi pemerintah dan menempatkan semua orang Kristen menjadi pekerja atau pegawai yang sesungguhnya mereka bukan penduduk setempat.” Dalam sumber lain yakni dialog kristolog di paparkan (http://kristolog.blogspot.com/2007/03/islam-di-papua-sejarah-yang-terlupakan.html)  “Upaya-upaya pengkaburan dan penghapusan sejarah dakwah Islam berlangsung dengan cara sistematis di seantero negeri ini. Setelah Sumetera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,  dan Maluku diklaim sebagai kawasan Kristen, dengan berbagai potensi menariknya, Papua merupakan jualan terlaris saat ini. Papua diklaim milik Kristen!” lanjutnya, “Ironis, karena hal itu mengaburkan fakta dan data sebenarnya di mana Islam telah hadir berperan nyata jauh sebelum kedatangan mereka (agama Kristen Missionaris)”.
[5] Dr. Th. Van den End. Dr. J. Weitjens, S.J. “Ragi Carita 2, Sejarah Gereja Di Indonesia 1860-an  hingga sekarang” cet. 6.  PT. BPK Gunung Mulia : Jakarta, 1996. Hal. 120
[6] Ibid... hal. 123
[9] Dalam tulisan yang diakses melalui internet, yakni http://susiyanto.com/rekonstruksi-sejarah-islam-papua/ : Posted: 7:40 am, May 19, 2008  diakses 27/11/2013. 14 :17.  Dituliskan “Mengenai angka tahun persis masuknya Islam di Papua guna menyusun rekonstruksi sejarah tersebut direkomedasikan tahun 1360, 1420, 1608, dan 1618 sebagai awal masuknya Islam di Papua.”

[10] Bumi Papua, dalam teks Majapahit, dikenal sebagi wilayah surge bagi para budak dan sumber buah pala yang utama diantara pulau-pulau lainnya.
[11] yang dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe. Pada masa itu, yaitu tahun 1870, Islam dan Kristen telah menjadi agama yang hidup berdampingan di Papua

Puisi "CINTA"






                                          C I N T A



Kala Cinta Menggoda
Ku takut tak dapat menahan rasa
Indah berliku, mungkin juga kaku
Sedihnya menjadi bahagia
Terlebih senangnya bak berada di Syurga
Cinta tak kunjung tiba bukan pertanda sengsara
Karena tebaran rasa bisa untuk semua
Lantas, apakah arti cinta?
Cinta adalah “Hubb”
Ia bermuara pada aliran bahagia
Karena memang maknanya adalah “mengharapkan kebaikan” untuk yang di cinta.

Jika cinta berobsesi untuk memiliki, itu adalah nafsu
Jika cinta hanya diwaktu senang saja, itu hanyalah semu
Jika cinta bukan karena Allah semata, itu Hampa sesungguhnya
Cinta dibangun dari bermacam rasa, berjuta tangga, dan berbagai rintang, mencapai BAHAGIA.

Hanya dimiliki manusia
Ya, hewan dan tumbuhan tak punya
Mereka hidup begitu saja
Semua tanpa makna

Manusia...
Berakal dan bermodal iman
Itulah, maka ia bukan hewan
Ataupun tumbuhan
Memiliki potensi
Berkreasi
Bercita tinggi
Atau bahkan menghancurkan bumi

Cinta tak terlepas dari semua
Lepaskanlah kaca mata kuda
Yang kau pakai mungkin hingga hari senja
Tatap dunia... wahai pemuda...
Kau adalah penerus bangsa
Tempatkan lah cinta pada Cinta
Bukan hanya sebatas dunia

                                        *Goresan Perindu Peradaban*