Minggu, 28 Juli 2013

Buka Mata, Buka Hati.. Cerdas Kenali Musuh...



Ust.Bachtiar Nasir:
(INDONESIA kemana, knp DIAAMMM!!!???)

Orasi Erdogan untuk mesir dalam buka puasa dg Serikat Pebisnis dan Industrialis Turki “Kita melihat bahwa hati mereka sedikitpun tidak melunak sekalipun Ramadhan. Ketika kaum Muslimin sedang mempersiapkan sahur, pembantaian (kembali)TERJADI di Mesir. 200 orang jadi martir (syahid). Setelah menggangsir kehendak rakyat, MEREKA yang menggulingkan pemerintah kini MEMBANTAI rakyat.Rakyat Mesir sedang menunjukkan kehormatan mereka dihadapan kudeta militer selama berminggu-minggu. Mereka tidak memiliki bom molotov ataupun senjata, mereka hanya memiliki KESABARAN. Mereka melarang VANDALISME. Apa yang tidak terjadi di negara kita sedang terjadi di Kairo dan Alexandria. Rakyat menyerukan para penguasa untuk mengakhiri kudeta dan mengembalikan kekuasaan kepada presiden (pilihan) mereka. Bukannya mendengarkan rakyat, para pelaku kudeta Mesir justru meresponnya dengan mengirim para penjahat dengan senjata dan peluru. Anda tahu apa yang membuat sedih saya? ketika 200 saudara2 saya dibunuh dan 5000 ribu lainnya terluka, ada orang-orang (bebal) yang bersuka cita dengan kembang api di Medan Tahrir. Siapa orang-orang ini? Kita harus waspada atas kejahatan spt ini.Dmn Eropa? Dimana AS? Dmn NILAI-NILAI Eropa itu? Mereka yang memberi pelajaran (kami) demokrasi, dimana demokrasi itu? Dmn PBB? Mereka yg berteriak marah ketika polisi Turki menyemprotkan air dan gas air mata dgn cara yg dibenarkan hukum, dmn mereka stlh kudeta dan pembantaian di Mesir? Mrk yg memasang iklan di koran2 (ttg buruknya HAM di Turki), ratusan orang telah DIBANTAI dlm semalam, mengapa engkau buta? BCC dan CNN yang melaporkan berjam2 demonstrasi rusuh di Istanbul, mengapa engkau tdk meliput (tragedi) ini?Dunia Muslim, saudara-saudara anda dibantai. Kpn anda peduli? Kami lebih dari tahu siapa yg berada dibalik kudeta ini. Kami ingin mereka segera mundur semua. Salam kami kpd saudara2 kami yg berdiri tegak melawan kudeta. Smg Allah bersama rakyat Mesir


"Ini Pernyataan Keras dan Pedas Erdogan terkait Tragedi Pembantaian di Mesir." ***
*Disampaikan oleh Arya Sandhiyudha AS, mahasiswa Ph.D di Fatih Univiversity Turki

Erdogan: Mereka yang menjungkirkan pemerintah terpilih belum berhenti zalim, mereka juga membantai saat ummat Islam sedang persiapkan Sahur.

Erdogan: Di Mesir, pertama mereka membunuh kehendak nasional dan kini mereka membunuh bangsanya.

Erdogan: Mereka (tentara Mesir) tidak bisa mengalahkan musuh-musuhnya (Israel, maksudnya). Mereka hanya bisa mengalahkan rakyatnya.

Erdogan: Dimana orang-orang yang dibayar untuk bekerja di surat kabar, ketika 200 jiwa tewas di Mesir dalam satu malam?

Erdogan: Hey (pemimpin) negara-negara Arab dan berpenduduk muslim, kapan kau akan mendengar apa yang terjadi di Mesir?

Erdogan: Kami (Turki) takkan tinggal diam dalam menghadapi ketidakadilan. Bahkan jika semua orang senyap, kita akan tetap lantang.

Erdogan: Kami akan membuat penduduk dunia mengetahui pembantaian di Mesir. Anda pikir Anda benar dengan membunuh jutaan orang Mesir?

Erdogan: Kami tahu persis siapa yang berada di balik kudeta Mesir. Mereka harus mengkoreksi perilaku mereka.

Erdogan: Praktik ini bahkan lebih parah dibandingkan kezaliman era Mubarak, semua ini harus segera berakhir.

Erdogan mengatakan ekonomi Turki juga dapat serangan besar-besaran baru-baru ini, tetapi masih tetap kuat. Ada peran kotor media dan lobi.

Erdogan: Dimana Uni Eropa? Apa yang terjadi dengan nilai-nilai mereka? Dimana mereka yang mengajarkan demokrasi ke kanan hingga kiri?

Erdogan: Dimana mereka yang berteriak-teriak saat polisi Turki menggunakan air dan merica? Mengapa mereka diam saat pembantaian di Mesir?

Erdogan: Hei dunia Islam (negara2 Arab dan berpenduduk mayoritas muslim), saudara Mesir Anda sedang dibunuh. Apakah kau mengetahui ini?

Erdogan: Hey dunia Arab & muslim, kapan kau peduli pertumpahan darah saudara-saudaramu di Mesir? Anda juga tidak terdengar dalam soal Syria.

Erdogan: Penzalim (di Mesir) adalah banci pengecut. Mereka takut jeritan anak yatim dan janda.

Erdogan: Mereka (tentara Mesir) tak bisa tampil terhormat melawan musuh-musuh mereka (Israel), belagak "jantan" di hadapan rakyatnya sendiri.

Erdogan: Hei BBC, CNN, yang menyiarkan demo di jalan-jalan Turki berjam-jam. Terhadap kudeta Mesir dan pembantaiannya, dimana Anda?

Erdogan: (Media Internasional) Kenapa Anda tidak menyiarkan pembantaian di Mesir? Karena bukan kepentingan Anda?

Erdogan: Mereka boleh diam terhadap dengan pembantaian Mesir dan segala kebiadaban di sana. Kami tidak akan diam.

Erdogan kepada tentara Mesir: Sampai kapan kalian akan membunuh? Anda harus tahu bahwa kebenaran (Al-Haq) akan menang, cepat atau lambat.

Erdogan: Mereka yang terus-menerus menuding saya diktator, sanggupkah Anda menyebut pemimpin diktator di Mesir sebagai diktator?

Erdogan: Kedutaan (Turki) di Somalia diserang hari ini. Dibuat seolah-olah mereka yang melakukan (plot) serangan ini adalah Muslim.

Erdogan: Kenapa mereka menyerang kedutaan kami (Turki)? Karena kami memberikan bantuan pada saudara-saudara kami Somalia.



Jumat, 19 Juli 2013

RAHASIA AKSI WAJAH BARAT

RAHASIA AKSI WAJAH BARAT

Peristiwa gedung WTC New York dan Pentagon di Washington pada tanggal 11 September 2001 masih tebayang jelas dalam ingatan. Kejadian yang di vonis sebagai serangan “teroris” tersebut sampai kini tidak jelas siapa yang melakukannya. Dan tak pernah ada bukti-bukti konkrit tentang pelakunya. Amerika Serikat melakukan Invasi ke Afganistan dengan dalih “Perang Menumpas Terorisme” yang mengambil korban tewas lebih dari 30.000 jiwa kaum muslimin Afghani, sepuluh kali lipat jumlah korban 11 September 2001. Demikian ungkapan Zaini Azhar Maulani dalam kata pengantar buku yang ditulisnya berjudul “Mengapa? Barat Memfitnah Islam”.[1]
Ungkapan ini bukan serta merta terucap tanpa fakta, Nyatanya AS yang mengklaim dirinya sebagai “kampium demokrasi” selama satu dasawarsa lalu tidak pernah berhenti melancarkan perang dari satu negara Islam ke negara Islam yang lain.
Dalam halaman selanjutnya, beliau menjawab pertanyaan judul buku secara global yakni, “Adanya dendam bawah sadar yang mengalir dari ingatan ketika armada daulah Utsmaniyyah menguasai kawasan Laut Tengah dan pasukan daratannya menyapu Eropa mengancam sampai ke pintu gerbang Wina, Austria. Ada penyakit arogansi kultural Barat yang secara fisik masih mengangkangi hegemoni atas negara-negara Dunia Ketiga pada umumnya dan dunia Islam pada khususnya.” jelasnya. Dibalik itu terdapat keterlibatan Gereja  Kristen yang bekerja sama dengan gerakan zionisme internasional, meski masing-masing dengan motif dan kepentingan yang berbeda-beda. Tambahnya dalam menjelaskan.[2]
Tidak hanya dengan kekerasan, Barat melancarkan aksinya. Strategi licik karena diselimuti ketakutan terhadap muslim tak henti menjadi misi mereka. Penyebaran faham-faham ke dalam negara-negara Islam salah satu bukti nyata. Faham-faham tersebut antara lain, sekularisme, liberalisme, feminisme.
Sekularime, berasal dari bahasa Latin saeculum yang mengandung makna ‘waktu’ dan ‘tempat’. Sehingga secular diartikan ‘kedisinikinian’. Sekularisasi didefinisikan sebagai pembebasan manusia ‘pertama dari kungkungan agama dan kemudian dari kungkungan metafisika yang mengatur akal dan bahasanya.  Faham ini lahir dari permasalahan agama Kristen yang terjadi pada abad 17 hingga 19. Dan permasalahan teologis (wujud Tuhan) yang masih membingungkan, sehingga dengan cara pandang relativis ini membolehkan seseorang itu menyesuaikan diri dengan ‘pengalaman masa kini’. Permasalahan konsep Tuhan yang tidak selesai membuat mereka berniat membuangnya sama sekali dan menyerahkan kepada sejarah untuk menemukan konsep yang lebih sesuai dan memadai untuk merujuk kepada keadaan dan realitas terakhir yang mereka yakini.[3]
Liberalisme, kata ini juga berasal dari bahasa Latin yang artinya bebas dan bukan budak atau suatu keadaan dimana seseorang itu bebas dari kepemilikan orang lain. Sejarah paham liberalism ini dilacak hingga abad pertengahan. Lahir dari kondisi system ekonomi dan politik yang didominasi oleh system feodal. Didalam system ini, raja dan bangsawan memiliki hak-hak istimewa, sedangkan rakyat jelata tidak diberikan secara leluasa untuk menggunakan hak-hak mereka. Awal liberalism sendiri di tandai dengan perlawanan dan pembataan terhadap kekuasaan pemerintah yang cenderung absolut, selanjutnya ditandai oleh revolusi tak berdarah yang terjadi pada tahun 1688.[4]  
Feminisme, sebuah faham yang berkaitan dengan HAM (Hak Asasi Manusia) seorang wanita. Femina, feminisme, feminis berasal dari bahasa Latin fei-minus. Fei artinya iman, minus artinya kurang, jadi feminus artinya kurang iman. Wanita di Barat, sejarahnya, memang diperlakukan seperti manusia kurang iman. Wajah dunia Barat pun dianggap terlalu macho. Lawan dari feminis adalah masculinus atau masculine yang diartikan sebagai strength of sexuality, maka dari itu dalam agama, wanita Barat korban inquisisi dan di masyarakat menjadi korban perkosaan laki-laki. Karena itu agama dan laki-laki menjadi musuh wanita Barat.[5] Feminis terbagi menjadi feminis liberal  feminis Marxis, dan feminis posmo.  Kristen itu menindas perempuan, kata Stanton dalam The Women’s Bible.[6]
Dapat kita lihat akar-akar faham yang disebarkan dan dijadikan sebagai salah satu indikator kemajuan suatu bangsa dengan berkiblat terhadap Barat perlu dikaji kembali. Dalam pandangan yang dapat dikatakan mendunia, sebuah masyarakat disebut modern jika ditemukan tiga faktor meliputi, diferensiasi fungsi dan struktur sosial, ditandai dengan sistim birokrasi dan profesionalisme. Ini disertai oleh fragmentasi ideologi dan maraknya tren pluralism dan relativisme. ;    privatisasi agama sebagai konsekuensi dari kehidupan yang lebih terorganisir dan terjamin, sehingga agama dirasakan tidak relevan jika tidak berpengaruh dengan konteks sosial. ; terjadinya rasionalisasi dimana sains dan tekhnologi tampil dominan menggantikan mitologi.
Masalah-masalah diatas terjadi karena kesalahan ajaran agama yang di anut. Islam adalah rahmatalil’alamiin. Din yang membawa kebenaran karena merupakan agama wahyu. Dengan keimanan, seorang muslim akan menjadi tangguh dan membuat musuh-musuhnya begemetar. Hal ini yang terjadi ketika masa rasulullah hingga saat ini. Dengan ketakutan Barat terhadap hal ini, ia memilih strategi untuk menjauhkan Muslim dari agamanya. Oleh karena itu seorang muslim akan sangat rapuh dan mudah untuk menjadi ‘boneka’ yang menguntungkan mereka jika ia menjauhkan dirinya dari aturan-aturan Islam. Hal ini adalah salah satu sebab menggandengkan cap ‘tetoris’ dengan orang yang beribadah khusyuk. Wallahu’alam bishawab. 




[1] Z. A. Maulani. 2002. Mengapa? Barat Memfitnah Islam. Daseta : Jakarta. Hal. viii
[2] Ibid. Hal. X
[3] Lebih jelas. Lihat Buku Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Islam dan sekularisme. 2011. PIMPIN : Bandung.
[4] Hamid FAhmy Zarkasyi. 2009. Liberalisasi Pemikiran Islam. CIOS :ISID
[5] Hamid Fahmy Zarkasyi. 2012. MISYKAT Refleksi Tentang Islam, Westernisasi & Liberalisasi. Hal. 265
[6] Ibid. dikutip dari hal. 267

Senin, 15 Juli 2013

Pendidikn Adab



Pendidikan Adab
Sebuah Benteng Aqidah Sejak Awal

Naufa Al-Khansa
(Santriwati Pesantren Mahasiswa Pascasarjana “Lir-Ilir”, Karang Pandan)

 “Anak saya tidak akan saya masukkan ke sekolah nanti, saya akan mendidiknya sendiri”, demikian seorang laki-laki bercerita. “Saya akan mengajarnya sendiri di rumah. Saya membuat kurikulumnya. Sampai dengan kelas tiga (delapan tahun) anak saya hanya akan saya ajarkan ilmu-ilmu Islam aqidah, baca tulis al-qur’an, dan bahasa arab juga inggris. Setelah itu, ketika ia sudah mantap, saya akan mengajarinya pelajaran-pelajaran lain yang diajarkan di sekolah. Saya rasa pelajaran SD yang ditempuh selama enam tahun akan dapat diselesaikan maksimal saat ia berumur 11 tahun (sama dengan umur sebayanya), dengan ilmu agama yang sudah terpupuk, dan ilmu yang lainnya yang sudah dipelajari, saya yakin dia akan dapat bersaing dengan teman-teman sebayanya bahkan bisa lebih unggul. Untuk melanjutkan jenjang ke SMP, dia bisa mengikuti program pemerintah kejar paket A, dan B sehingga jika dia ingin sekolah formal, saya rasa itu mudah. Saya tidak ingin anak saya kehilangan masa-masa emas perkembangannya dengan menghabiskan waktu di sekolah formal yang hasilnya kita dapat lihat”
Sungguh unik bapak satu anak pengajar dan pendiri bimbingan belajar bahasa Inggris dengan sistem pondok yang salah satunya berdiri di Pare Kampung Inggris Jawa Timur ini.  Pandangan ini mungkin tidak hanya ada dalam pikiran beliau. Pendidikan formal saat ini hanya berkonsentrasi kepada ilmu-ilmu dunia, umumnya dikatakan ‘ilmu dasar’ pada tingkat SD, SMP, dilanjutkan SMA, dengan kurikulum Mendiknas. Tidak bisa menghasilkan seorang yang berkualitas penuh. Bahkan, hingga lulusan perguruan tinggi. Lulusan dengan gelar Sarjana Agama sekali pun misalnya, belum bisa dikatakan kompeten dan berwawasan sebagai ulama.
Prof. Dr. Muhammad Naquib Al-Attas dalam buku Islam dan Sekularisme membahas singkat, gambaran yang terjadi saat ini. Beliau menjelaskan faktor penyebab masalah utama masyarakat Islam hari ini berasal dari dunia kita sendiri dan sejarah intelektual kita sendiri, sedangkan faktor lainnya berasal dari luar sebagai akibat konfrontasi sejarah kebudayaan dan peradaban Barat terhadap Islam. Dan sebab-sebab konfrontasi ini harus ditelusuri dari zaman awal pembentukan Kristen sebelum datangnya Islam. (2011: 119)
Akar masalah semua dilema ini antara lain disebabkan : (1) Kekeliruan dan kesalahan dalam ilmu. Peningkatan ilmu fardu kifayah (sains, ilmu-ilmu sosial, dsb) dan penekanan peranannya dalam kehidupan tanpa diimbangi dengan ilmu fardu ‘ain (aqidah, sejarah islam, bahasa Arab, tauhid, fiqih, Al-qur’an dan Hadist) pada semua tingkat pendidikan, secara alami mengarahkan perhatian semata-mata kepada masalah negara dan masyarakat. Karena negara dan masyarakat adalah rujukan sebenarnya dalam fardu kifayah. Sehubungan dengan faktor tersebut, mengakibatkan kecendrungan dalam urusan kehidupan orang Islam yang menjurus pada ’sosialisasi’ Islam dan pada penyemarataan Nabi Muhammad saw ditingkat yang sama dengan orang umumnya. Sosialisasi, rasionalisme seperti yang difahami di Barat, berasal dari rasio bukan dari ‘aql ( yang didasarkan dari Al-Qur’an).; (2) Kehilangan adab di kalangan umat. ; (3) Kemunculan pemimpin-pemimpin yang tidak layak untuk memimpin umat Islam. Pemimpin model ini tidak memiliki taraf normal, intelektual dan spiritual yang tinggi sebagaimana dalam kepemimpinan Islam. (Al-Attas, 2011: 130)
Adab adalah hal penting untuk kemajuan sebuah bangsa. Kata adab merupakan kata dasar dari peradaban. Peradaban yang maju bukan hanya dinilai dari hasil bangunan yang terdapat dalam kota atau negara tersebut. Menisbatkan bukti-bukti fisik untuk memahami peradaban, membuat kita lupa  bahwa bangunan tidak akan wujud tanpa  pikiran, kepercayaan, agama, ideologi dan yang terpenting adalah ilmu pengetehuan dibalik itu semua. Peradaban Islam sangat komplek dan cakupannya seluas kehidupan sendiri. Sebab Islam adalah agama yang mengajarkan prinsip-prinsip kehidupan yang bersifat menyeluruh. (Hamid Fahmy, 2011: 11)
            Bertolak belakang dengan  penampakan dalam kondisi negara muslim di dunia, Islam dengan ajarannya yang sempurna dan ilmuwan-ilmuwan yang dapat dijadikan sumber dalam sains sudah terlahir sebelumnya, namun sebagian besar dunia pendidikan memilih cara lain (Barat yang telah tersekularkan) dalam berilmu dan silau terhadap kehebatan –yang dirancang publik—  mereka. Para ilmuwan di Barat pada umumnya bercara pandang saintik sekularistik sehingga melihat segala sesuatu secara dikotomi. Terlihat sederhana, namun dampaknya adalah terjadinya krisis yang menuju jurang kehancuran, khususnya aqidah dan moral masyarakat.
Sekularisasi ilmu  menghasilkan ‘Skepsis’ (keragu-raguan). Penyusupan konsep-konsep kunci dari dunia Barat telah membawa kekeliruan, karena apa yang dirumuskan dan disebarkan melalui banyak universitas dan lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi sebenarnya adalah ilmu yang mengandung watak, kpribadian, kebudayaan, dan peradaban Barat dan dibentuk dalam cetakan budaya Barat. (Al-Attas, 2011: 200). Dengan konsep Islam kita dapat menilai bagaimana perkembangan yang terjadi di Barat. Apakah yang demikian bisa kita jadikan acuan untuk menuju bangsa yang maju?
            Islam adalah agama yang sudah sempurna, seorang muslim yang memiliki keimanan yang tertancap kuat dalam dirinya, ibadah menjadi penghias kecantikan atau ketampanannya, dan adab sebagai penyempurna eksistensinya, ia akan tumbuh menjadi seseorang yang militan dan berkarakter kuat.           Dr. Douwes Dekker (Setyabudi) menyatakan, bahwa kalau tidak ada semangat Islam sudah lama kebangsaan yang sebenarnya, lenyap dari Indonesia. (Prodjokusumo, 196)
            Berkarakter sangat penting, tetapi harus disertai dengan adab, demikian Dr. Adian Husaini menyebut dalam pengantar bukunya. “Pembentukan ‘manusia beradab’, juga ditekankan dalam sila kedua dari Pancasila. Memang agak aneh, bahwa soal ‘adil’ dan ‘adab’ kurang ditekankan dan dijelaskan secara benar di sekolah-sekolah. Padahal, dua istilah tersebut merupakan bagian dari istilah dan konsep pokok dalam ajaran Islam”.
            Adapun solusi dari masalah pendidikan Islam yang sudah meluas ini adalah dengan mengasingkan ilmu-ilmu sains seperti fisika dan ilmu terapan, serta ilmu lainnya. Setelah diasingkan, ilmu yang telah terbebaskan dari proses pensekuleran itu kemudian diisi dengan unsur-unsur dan konsep kunci Islam (Islamisasi). Tugas penting selanjutnya adalah merumuskan dan memadukan unsur-unsur Islam yang utama serta konsep-konsep kunci sehingga menghasilkan suatu kandungan ilmu teras (fardhu kifayah) untuk kemudian di tempatkan dalam sistim pendidikan Islam, mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi. [Sus]