Jumat, 17 Januari 2014

YANG TERLUPA

Mengawali hari dari berbagai rajutan mimpi, tak tau apa yang  akan terjadi dalam langkah detik berikutnya nanti. Namun harapan yang terpatri dalam dada-dada ini, membuat api semangat  terjaga dari keadaan mati.
Ilmu tidak hanya menerangi bumi, ia memberi cahaya bukan hanya untuk diri, tetapi juga alam raya agar tidak lantas binasah. Berbagai yang tersimpan dalam inti lapisannya, membuat kesempatan bagi para ilmuwan menemukan dan menggali apa yang dapat dimanfaatkannya. Seorang muslim dengan kafir berbeda dalam menyikapi sebuah penemuan dari yang tersirat ini. Kafir akan mengklaim bahwa apa yang ia baru ketahui adanya adalah sebuah penemuan baru yang menunjukkan bukti kehebatannya, kecerdasannya, keunggulannya dalam menciptakan sebuah teori baru. Akan tetapi muslim memandangnya hanya sebagai penemuan. Ya, hanya sebatas penemuan. Ilmu itu sudah ada sejak dulu, karena Allah SWT sebagai sumber ilmu telah menciptakannya, dan kelak akan ditemukan bagi orang-orang yang berfikir dengan akalnya. Penemuan itu semakin menambah keimanannya, meningkatkan ketawadhuannya, dan mengasah kelembutan pribadinya karena dipenuhi cinta terhadap Tuhannya.
Akal, beberapa golongan lahir kerena memecahkan diri dari golongan induknya akibat perbedaan menempatkan akal.  Tak mengakui keberadaan akal ini pun bukanlah tindakan yang dibenarkan. Karena disinilah letak jarak antara manusia dengan binatang. Seekor kera hanya diberikan insting dalam keberlangsungan hidupnya, walaupun dalam penelitian genetik, kelompok ini yang paling dekat persamaannya dengan manusia. Tapi, seeokor kera masih mengetahui lawan jenisnya untuk dapat berkembang biak.  Hidup bekerja mencari makanan, dan diberikan untuk keluarganya tanpa tau makanan itu akan jadi apa. Inilah kealamiahan yang terjadi, Sang Yang Maha Kuasa telah menghendaki kejadian ini. “Tak ada satu daun pun yang jatuh dari pohonnya, kecuali Allah mengetahuinya”.
Manusia, makhluk yang paling sempurna dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan akalnya berani menempatkan akal. Kebenaran dan kesalahan diperlukan sebagai klaim dalam penilaian terhadap sesuatu. Bagaikan mengikuti sebuah kompetisi, bukanlah kita sang pemain yang membuat aturan itu, tapi para panitia pelaksana yang telah menentukannya terlebih dahulu. Kita hanya ditugaskan mengikuti syarat-syarat agar mendapatkan juara dengan hadiah yang diinginkan oleh semua peserta. Ya, demikianlah adanya. Hidup ini adalah permainan, ia adalah persaingan, dan kita sedang berada dalam sebuah perjalanan. Allah sebagai pengatur segala urusan, Ia tidak memerlukan panitia lain untuk mengatur segala jalannya perlombaan, cukuplah Dia (Allah) sebagai hakim yang Maha Adil dan Bijaksana. Potensi jasad, ruh dan akal yang diberikan kepada setiap insan cukup untuk manusia itu mengikuti perlombaan dalam panggung dunia. Dan kelebihan akal (tidak pada hewan) diberikan untuk membedakan antara manusia dari segala jenis binatang.
Ilmu, telahir dan tersembunyi pun sudah disiapkan. Alam diciptakan untuk kita. Ya, untuk manusia. Keindahan dan berbagai kenikmatan berupa larangan dan perintah adalah untuk kita manusia. Sekali lagi saya katakan, untuk kebaikan kita manusia. Amanah menjadi khalifah (pemimpin) pun adalah sebuah kebaikan bagi kita. Dengan potensi diri, ilmu dan alam sebagai objek, sungguh sangatlah jelas tanda dari Sang Kholik Bijaksana dalam menentukan semua KehendakNYA.  Sekarang, hanya tergantung dari setiap insan untuk menjadikan dirinya sebagai apa, setelah semua modal ini diberikan. Ia bisa lebih tinggi derajatnya dari malaikat, juga bisa lebih rendah dari pada binatang.

Perlombaan kita menggunakan waktu. Ya, waktu yang tak pernah bisa kuasa kita hentikan walau dalam hitungan detik. Ia selalu berjalan, menggilas aktifitas sia-sia yang kita lewatkan. Tanpa sadar diri ini diasahnya tidak dengan istirahat.  Kualitas kita, kitalah yang menentukan. “Kita hari ini adalah mimpi kita kemarin, dan mimpi kita hari ini adalah gambaran kita esok hari.” Kata yang cukup memotivasi dan mengevaluasi diri. Pundak yang kuat hanya diberikan kepada orang-orang yang berani melalui  halang rintang di hadapan. Dan kekuatan paling dahsyat adalah ketika seorang hamba berada dekat dengan Rabb-nya. Oleh karenanya, senjata paling ampuh dari seorang muslim adalah doa-doa yang senantiasa terpanjat dalam ketergantungan diri kepada Tuhannya.