Selasa, 22 Oktober 2013

cerpen Babon Bangkok

BABON BANGKOK

Dongeng Babon Bangkok? Sudah dengarkah? Kisah seekor ayam yang mempunyai anak-anak Itik.
Mengapa kata Bangkok digunakan? Karena sekarang ini kata bangkok sudah merakyat, jago bangkok, perkutut bangkok, dan yang menggunakan kata ‘kakok’ adalah hebat.
***
Ayam Babon mengeram telur yang dimilikinya sepuluh.  Kemudian, sang induk itu menepuk dada dan berkata,  “Aku akan punya generasi sepuluh. Generasiku pasti baik, karena aku adalah ‘BANGKOK’!!!” Dengan Sombongnya Si Babon berteriak.
Setelah dierami selama 10 hari, sang Babon keluar dari sarang karena ia sudah haus dan lapar.  Sehingga ia harus mencari makan dan minum.
Ketika telur-telur itu di tinggalkan, ada seseorang yang melewatinya dan tergoda dengan telur tersebut. Kemudian ia hampiri, “Wah ada telur Bangkok ini, mumpung ndak ada induknya aku akan ambil semuanya” ujar si pelintas sarang telur tadi. 
Ia tidak meninggalkan sarangnya dengan kondisi kosong, akan tetapi ia menukar telur-telur itu dengan telur itik.
Setelah mencari makan dan minum, sang Babon kembali dan menemukan telurnya berubah warna lebih keruh dari sebelumnya. “Lho kenapa pula telurku tidak putih dan jadi kelabu?” Tanya heran Babon.
Kemudian Babon pun berfikir sejenak dan kembali berujar, “Hohoho... Tidak mengapa ini, yang namanya kena polusi” Sang Induk meyakinkan dirinya.
Lalu Babon kembali mengeraminya.

Setelah 21 hari, telur itu tidak menetas seperti pada umumnya. “Mengapa pula telur-telurku tidak lahir” Babon kembali terheran-heran terhadap telurnya.
Babon berfikir sejenak dan berkata, “OOO.... Ndak apa-apa ini yang namanya terkena pengaruh lingkungan” Sang Induk telur kembali lagi-lagi menenangkan perasaannya.
***
Pada hari ke-40,  telur-telur itupun menetas, Sang Induk (Babon) pun senang.
“Wahai anak-anakku, mari kita keluar dari sarang. Akan ibu ajak kalian keliling dunia.” Ajak Sang Induk kepada anak-anaknya dengan semangat.
                Kemudian mereka  berkeliling, pada saat berjalan dilihatnya  pemandangan yang sangat indah.
“Wahai anakku, tahukah apa artinya pemandangan indah itu?” Tanya Babon kepada anak-anaknya.
“Ndak tau ma, apakah artinya?” Jawab smua anak.
“Pemandangan yang indah itu adalah aset industri wisata, industri tersebut adalah industri yang ‘nge-trand’ di akhir abad 20 menuju abad 21. Ndak usah khawatir, kamu akan jadi konglomerat semuanya anak-anak” Sang Induk menjelaskan

Kemudian mereka kembali berjalan dan melewati telaga. Telaga  ini besar dan ikannya banyak.
“Apakah kalian mengerti nak apa itu artinya?” Tanya Babon kepada anaknya lagi.
“Ndak ma, kami tidak mengerti, apa artinya itu ma?” Sahut anak-anaknya.
“Itu artinya begini, kamu supaya membuat rekayasa Turbin Pembangkit Listrik, dan kemudian dialirkan aliran-aliran listriknya ke perkampungan-perkampungan yang gelap di negri ini” jelas sang Induk
***
Ironi kondisinya saat ini, Ketika Kampung-kampungnya sudah dialiri listrik dan menjadikannya terang benderang, kondisi di perkotaan yang saat ini “remang-remang” di karenakan banyak bangunan yang berfasilitas demikian.
***
Dijelaskan kembali oleh Sang Induk, “Ikan itu digunakan sebagai aset ekspor non-MIGAS, ndak usah khawatir nak, Devisa kita akan cukup, silahkan kamu pergi ke luar negri” Jelas Si Babon kepada anaknya.
                Sesudah perjalanan cukup panjang itu, Babon mengajak anak-anaknya untuk Istirahat.
“Mari nak, kita istirahat dulu” Ajak induk.
“Ayo mari istirahat... istirahat...” Ujar salah satu anak itik tersebut.
  Di tempat peristirahatan tersebut anak-anak itik melihat telaga yang cukup besar, mereka  meminta ijin kepada induknya untuk ke telaga tersebut.
Sambil berlari, mereka berkata. “Mama, kami ke telaga itu ya..” Teriak salah satu itik meminta ijin.
Sang Induk mengejar mereka karena khawatir akan tenggelam.
“Hati-hati nak, awas tenggelam.” Babon berteriak mengejar mereka hingga hampir sampai di tepian telaga.
Kemudian, semua anak-anak itik pun berenang hingga hampir ke tengah telaga dan melambaikan tangan kepada Babaon. “Dada, selamat tinggal mama” ujar semua anak itik kepada Babaon dan meninggalkannya.
***

Dongeng ini dimodifikasi ceritanya oleh seorang tokoh yakni Ustadz. Solikhan. Beliau adalah murid langsung dari Bapak M. Natsir – Pejuang Indonesia – yang masih berperan serta membangun tanah air ini dengan ilmunya.