BABON BANGKOK
Dongeng Babon
Bangkok? Sudah dengarkah? Kisah seekor ayam yang mempunyai anak-anak Itik.
Mengapa kata Bangkok
digunakan? Karena sekarang ini kata bangkok sudah merakyat, jago bangkok,
perkutut bangkok, dan yang menggunakan kata ‘kakok’ adalah hebat.
***
Ayam Babon mengeram telur yang dimilikinya sepuluh. Kemudian, sang induk itu menepuk dada dan
berkata, “Aku akan punya generasi
sepuluh. Generasiku pasti baik, karena aku adalah ‘BANGKOK’!!!” Dengan
Sombongnya Si Babon berteriak.
Setelah dierami selama 10 hari, sang Babon keluar dari
sarang karena ia sudah haus dan lapar.
Sehingga ia harus mencari makan dan minum.
Ketika telur-telur itu di tinggalkan, ada seseorang yang
melewatinya dan tergoda dengan telur tersebut. Kemudian ia hampiri, “Wah ada
telur Bangkok ini, mumpung ndak ada induknya aku akan ambil semuanya” ujar si
pelintas sarang telur tadi.
Ia tidak meninggalkan sarangnya dengan kondisi kosong, akan
tetapi ia menukar telur-telur itu dengan telur itik.
Setelah mencari makan dan minum, sang Babon kembali dan
menemukan telurnya berubah warna lebih keruh dari sebelumnya. “Lho
kenapa pula telurku tidak putih dan jadi kelabu?” Tanya heran Babon.
Kemudian Babon pun berfikir sejenak dan kembali berujar,
“Hohoho... Tidak mengapa ini, yang namanya kena polusi” Sang Induk meyakinkan
dirinya.
Lalu Babon kembali mengeraminya.
Setelah 21 hari, telur itu tidak menetas seperti pada
umumnya. “Mengapa pula telur-telurku tidak lahir” Babon kembali terheran-heran
terhadap telurnya.
Babon berfikir sejenak dan berkata, “OOO.... Ndak apa-apa
ini yang namanya terkena pengaruh lingkungan” Sang Induk telur kembali lagi-lagi
menenangkan perasaannya.
***
Pada hari ke-40, telur-telur itupun menetas, Sang Induk
(Babon) pun senang.
“Wahai anak-anakku, mari kita keluar dari sarang. Akan ibu
ajak kalian keliling dunia.” Ajak Sang Induk kepada anak-anaknya dengan
semangat.
Kemudian
mereka berkeliling, pada saat berjalan
dilihatnya pemandangan yang sangat
indah.
“Wahai anakku, tahukah apa artinya pemandangan indah itu?”
Tanya Babon kepada anak-anaknya.
“Ndak tau ma, apakah artinya?” Jawab smua anak.
“Pemandangan yang indah itu adalah aset industri wisata,
industri tersebut adalah industri yang ‘nge-trand’ di akhir abad 20 menuju abad
21. Ndak usah khawatir, kamu akan jadi konglomerat semuanya anak-anak” Sang
Induk menjelaskan
Kemudian mereka kembali berjalan dan melewati telaga.
Telaga ini besar dan ikannya banyak.
“Apakah kalian mengerti nak apa itu artinya?” Tanya Babon
kepada anaknya lagi.
“Ndak ma, kami tidak mengerti, apa artinya itu ma?” Sahut
anak-anaknya.
“Itu artinya begini, kamu supaya membuat rekayasa Turbin
Pembangkit Listrik, dan kemudian dialirkan aliran-aliran listriknya ke
perkampungan-perkampungan yang gelap di negri ini” jelas sang Induk
***
Ironi kondisinya saat ini, Ketika Kampung-kampungnya sudah
dialiri listrik dan menjadikannya terang benderang, kondisi di perkotaan yang
saat ini “remang-remang” di karenakan banyak bangunan yang berfasilitas
demikian.
***
Dijelaskan kembali oleh Sang Induk, “Ikan itu digunakan
sebagai aset ekspor non-MIGAS, ndak usah khawatir nak, Devisa kita akan cukup,
silahkan kamu pergi ke luar negri” Jelas Si Babon kepada anaknya.
Sesudah
perjalanan cukup panjang itu, Babon mengajak anak-anaknya untuk Istirahat.
“Mari nak, kita istirahat dulu” Ajak induk.
“Ayo mari istirahat... istirahat...” Ujar salah satu anak
itik tersebut.
Di tempat peristirahatan tersebut anak-anak
itik melihat telaga yang cukup besar, mereka
meminta ijin kepada induknya untuk ke telaga tersebut.
Sambil berlari, mereka berkata. “Mama, kami ke telaga itu
ya..” Teriak salah satu itik meminta ijin.
Sang Induk mengejar mereka karena khawatir akan tenggelam.
“Hati-hati nak, awas tenggelam.” Babon berteriak mengejar
mereka hingga hampir sampai di tepian telaga.
Kemudian, semua anak-anak itik pun berenang hingga hampir ke
tengah telaga dan melambaikan tangan kepada Babaon. “Dada, selamat tinggal
mama” ujar semua anak itik kepada Babaon dan meninggalkannya.
***
Dongeng ini dimodifikasi
ceritanya oleh seorang tokoh yakni Ustadz. Solikhan. Beliau adalah murid
langsung dari Bapak M. Natsir – Pejuang Indonesia – yang masih berperan serta
membangun tanah air ini dengan ilmunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar