YANG TERLUPA
Mengawali hari dari berbagai rajutan mimpi, tak
tau apa yang akan terjadi dalam langkah
detik berikutnya nanti. Namun harapan yang terpatri dalam dada-dada ini,
membuat api semangat terjaga dari
keadaan mati.
Ilmu tidak hanya menerangi bumi, ia memberi
cahaya bukan hanya untuk diri, tetapi juga alam raya agar tidak lantas binasah.
Berbagai yang tersimpan dalam inti lapisannya, membuat kesempatan bagi para
ilmuwan menemukan dan menggali apa yang dapat dimanfaatkannya. Seorang muslim
dengan kafir berbeda dalam menyikapi sebuah penemuan dari yang tersirat ini. Kafir
akan mengklaim bahwa apa yang ia baru ketahui adanya adalah sebuah penemuan
baru yang menunjukkan bukti kehebatannya, kecerdasannya, keunggulannya dalam
menciptakan sebuah teori baru. Akan tetapi muslim memandangnya hanya sebagai
penemuan. Ya, hanya sebatas penemuan. Ilmu itu sudah ada sejak dulu, karena
Allah SWT sebagai sumber ilmu telah menciptakannya, dan kelak akan ditemukan
bagi orang-orang yang berfikir dengan akalnya. Penemuan itu semakin menambah
keimanannya, meningkatkan ketawadhuannya, dan mengasah kelembutan pribadinya
karena dipenuhi cinta terhadap Tuhannya.
Akal, beberapa golongan lahir kerena
memecahkan diri dari golongan induknya akibat perbedaan menempatkan akal. Tak mengakui keberadaan akal ini pun bukanlah
tindakan yang dibenarkan. Karena disinilah letak jarak antara manusia dengan
binatang. Seekor kera hanya diberikan insting dalam keberlangsungan hidupnya,
walaupun dalam penelitian genetik, kelompok ini yang paling dekat persamaannya
dengan manusia. Tapi, seeokor kera masih mengetahui lawan jenisnya untuk dapat
berkembang biak. Hidup bekerja mencari
makanan, dan diberikan untuk keluarganya tanpa tau makanan itu akan jadi apa.
Inilah kealamiahan yang terjadi, Sang Yang Maha Kuasa telah menghendaki
kejadian ini. “Tak ada satu daun pun yang jatuh dari pohonnya, kecuali Allah
mengetahuinya”.
Manusia, makhluk yang paling sempurna dengan
segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan akalnya berani menempatkan akal.
Kebenaran dan kesalahan diperlukan sebagai klaim dalam penilaian terhadap
sesuatu. Bagaikan mengikuti sebuah kompetisi, bukanlah kita sang pemain yang
membuat aturan itu, tapi para panitia pelaksana yang telah menentukannya
terlebih dahulu. Kita hanya ditugaskan mengikuti syarat-syarat agar mendapatkan
juara dengan hadiah yang diinginkan oleh semua peserta. Ya, demikianlah adanya.
Hidup ini adalah permainan, ia adalah persaingan, dan kita sedang berada dalam
sebuah perjalanan. Allah sebagai pengatur segala urusan, Ia tidak memerlukan
panitia lain untuk mengatur segala jalannya perlombaan, cukuplah Dia (Allah)
sebagai hakim yang Maha Adil dan Bijaksana. Potensi jasad, ruh dan akal yang
diberikan kepada setiap insan cukup untuk manusia itu mengikuti perlombaan
dalam panggung dunia. Dan kelebihan akal (tidak pada hewan) diberikan untuk
membedakan antara manusia dari segala jenis binatang.
Ilmu, telahir dan tersembunyi pun sudah
disiapkan. Alam diciptakan untuk kita. Ya, untuk manusia. Keindahan dan
berbagai kenikmatan berupa larangan dan perintah adalah untuk kita manusia.
Sekali lagi saya katakan, untuk kebaikan kita manusia. Amanah menjadi khalifah
(pemimpin) pun adalah sebuah kebaikan bagi kita. Dengan potensi diri, ilmu dan alam
sebagai objek, sungguh sangatlah jelas tanda dari Sang Kholik Bijaksana dalam
menentukan semua KehendakNYA. Sekarang,
hanya tergantung dari setiap insan untuk menjadikan dirinya sebagai apa,
setelah semua modal ini diberikan. Ia bisa lebih tinggi derajatnya dari
malaikat, juga bisa lebih rendah dari pada binatang.
Perlombaan kita menggunakan waktu. Ya, waktu
yang tak pernah bisa kuasa kita hentikan walau dalam hitungan detik. Ia selalu
berjalan, menggilas aktifitas sia-sia yang kita lewatkan. Tanpa sadar diri ini
diasahnya tidak dengan istirahat.
Kualitas kita, kitalah yang menentukan. “Kita hari ini adalah mimpi kita
kemarin, dan mimpi kita hari ini adalah gambaran kita esok hari.” Kata yang
cukup memotivasi dan mengevaluasi diri. Pundak yang kuat hanya diberikan kepada
orang-orang yang berani melalui halang
rintang di hadapan. Dan kekuatan paling dahsyat adalah ketika seorang hamba
berada dekat dengan Rabb-nya. Oleh karenanya, senjata paling ampuh dari seorang
muslim adalah doa-doa yang senantiasa terpanjat dalam ketergantungan diri
kepada Tuhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar